Stres adalah suatu kondisi anda yang dinamis saat seorang individu dihadapkan
pada peluang,
tuntutan, atau sumber daya yang
terkait dengan apa yang dihasratkan oleh individu itu dan yang hasilnya
dipandang tidak pasti dan penting. Stress
adalah beban rohani yang melebihi kemampuan maksimum rohani itu sendiri,
sehingga perbuatan kurang terkontrol secara sehat. (ref:edy64).
Stres tidak selalu buruk, walaupun biasanya dibahas
dalam konteks negatif, karena stres memiliki nilai positif ketika menjadi
peluang saat menawarkan potensi hasil. Sebagai contoh, banyak profesional memandang tekanan berupa beban kerja yang berat dan
tenggat waktu yang mepet sebagai tantangan positif yang menaikkan mutu pekerjaan
mereka dan kepuasan yang mereka dapatkan dari pekerjaan mereka.
Stres bisa positif dan bisa negatif. Para peneliti berpendapat bahwa stres
tantangan, atau stres yang menyertai tantangan di lingkungan kerja,
beroperasi sangat berbeda dari stres hambatan, atau stres yang menghalangi
dalam mencapai tujuan. Meskipun riset mengenai stres tantangan dan stres
hambatan baru tahap permulaan, bukti awal menunjukan bahwa stres tantangan
memiliki banyak implikasi yang lebih sedikit negatifnya dibanding stres
hambatan.
SUMBER-SUMBER POTENSI STRES
Faktor
lingkungan
Selain memengaruhi desain struktur sebuah organisasi, ketidakpastian lingkungan juga
memengaruhi tingkat stres para karyawan dan organisasi. Perubahan dalam siklus bisnis
menciptakan ketidakpastian ekonomi, misalnya, ketika ekonomi memburuk orang
merasa cemas terhadap kelangsungan pekerjaannya.
Faktor organisasi
Banyak faktor di dalam organisasi yang
dapat menyebabkan stres. Tekanan
untuk menghindari kesalahaan atau menyelesaikan tugas dalam waktu yang mepet,
beban kerja yang berlebihan, atasan yang selalu menuntut dan tidak peka, dan
rekan kerja yang tidak menyenangkan adalah beberapa di antaranya. Hal ini dapat mengelompokkan faktor-faktor ini
menjadi tuntutan tugas, peran, dan antarpribadi.
Tuntutan tugas adalah faktor yang terkait dengan
pekerjaan seseorang. Tuntutan
tersebut meliputi desain pekerjaan individual, kondisi kerja, dan tata letak
fisik pekerjaan. Sebagai contoh,
bekerja di ruangan yang terlalu sesak atau di lokasi yang selalu terganggu oleh suara
bising dapat meningkatkan kecemasan dan stres. Dengan semakin pentingnya
layanan pelanggan, pekerjaan yang menuntut faktor emosional bisa menjadi sumber stres.
Tuntutan peran berkaitan dengan tekanan yang diberikan kepada seseorang
sebagai fungsi dari peran tertentu yang dimainkannya dalam organisasi. Konflik
peran menciptakan ekspektasi yang mungkin sulit untuk diselesaikan atau
dipenuhi.
Tuntutan antarpribadi adalah tekanan yang
diciptakan oleh karyawan. Tidak
adanya dukungan dari kolega dan hubungan antarpribadi yang buruk dapat
meyebabkan stres, terutama di antara para karyawan yang memiliki kebutuhan
sosial yang tinggi.
Faktor
pribadi
Faktor-faktor pribadi terdiri dari masalah keluarga,
masalah ekonomi pribadi, serta kepribadian dan
karakter yang melekat dalam diri seseorang. Survei nasional secara konsisten
menunjukkan bahwa orang sangat mementingkan hubungan keluarga dan pribadi. berbagai kesulitan dalam
hidup perkawinan, retaknya hubungan, dan kesulitan masalah disiplin dengan anak-anak
adalah beberapa contoh masalah hubungan yang menciptakan stres.
Masalah ekonomi karena pola hidup yang lebih besar
pasak daripada tiang adalah kendala pribadi lain yang menciptakan stres bagi
karyawan dan mengganggu konsentrasi kerja karyawan. Studi terhadap tiga organisasi yang
berbeda menunjukkan bahwa gejala-gejala stres yang dilaporkan sebelum memulai
pekerjaan sebagian besar merupakan varians dari berbagai gejala stres yang
dilaporkan sembilan bulan kemudian. Hal
ini membawa para peneliti pada kesimpulan bahwa sebagian orang memiliki
kecenderungan kecenderungan inheren untuk mengaksentuasi aspek-aspek negatif dunia secara umum. Jika kesimpulan ini benar, faktor
individual yang secara signifikan memengaruhi stres adalah sifat dasar
seseorang. Artinya, gejala stres yang diekspresikan pada pekerjaan bisa jadi
sebenarnya berasal dari kepribadian orang
itu.
Akibat
Stress
Stres menampakkan diri dengan berbagai cara.
Sebagai contoh, seorang individu yang sedang stres berat mungkin mengalami tekanan darah tinggi, seriawan, jadi mudah jengkel, sulit
membuat keputusan yang bersifat rutin, kehilangan selera makan, rentan terhadap
kecelakaan, dan sebagainya. Akibat
stres dapat dikelompokkan dalam tiga kategori umum: gejala fisiologis, gejala psikologis,
dan gejala perilaku.
Pengaruh gejala stres biasanya berupa gejala
fisiologis. Terdapat riset yang
menyimpulkan bahwa stres dapat menciptakan perubahan dalam metabolisme, meningkatkan detak jantung dan tarikan napas, menaikkan tekanan
darah, menimbulkan sakit kepala, dan memicu serangan jantung.
Stres yang berkaitan dengan pekerjaan dapat
menyebabkan ketidakpuasan terkait dengan pekerjaan. Ketidakpuasan adalah efek psikologis
sederhana tetapi paling nyata dari stres. Namun stres juga muncul dalam
beberapa kondisi psikologis lain, misalnya, ketegangan, kecemasan, kejengkelan,
kejenuhan, dan sikap yang suka menunda-nunda pekerjaan.
Gejala stres yang berkaitan dengan perilaku
meliputi perubahan dalam tingkat produktivitas, kemangkiran, dan perputaran
karyawan, selain juga perubahan dalam kebiasaan makan, pola merokok, konsumsi alkohol,
bicara yang gagap, serta kegelisahan dan ketidakteraturan waktu tidur. Ada
banyak riset yang menyelidiki hubungan stres-kinerja. Pola yang paling banyak
dipelajari dalam literatur stres-kinerja adalah hubungan U-terbalik. Logika
yang mendasarinya adalah bahwa tingkat stres rendah sampai menengah merangsang
tubuh dan meningkatkan kemampuannya untuk bereaksi. Pola U-terbalik ini
menggambarkan reaksi terhadap stres dari waktu ke waktu dan terhadap perubahan
dalam intensitas stres.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar